Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 12 Agustus 2010


“ Seputar Emosional dan Konsentrasi Anak ”

Ada empat Surat yang masuk redaksi rangkuman dan jawabannya sebagai berikut :
1. Anak saya umurnya 9 tahun. Ia masih sulit dinasihati secara halus. Kalau saya marah, baru ia mau melaksanakan apa yang diminta. Ia selalu bersikap seperti itu dalam segala hal. Bagaimana untuk mengubahnya agar ia mau menurut?

2. Saya ibu dari dua orang anak. Salah satunya anak laki-laki umur 7 tahun dan nakal sekali. Apa yang saya katakana selalu diprotes. Apa yang harus saya lakukan?

3. Anak saya baru masuk SD, umurnya 6,3 tahun. Ia sulit sekali disuruh belajar, maunya main terus. Bagaimana mendidik anak agar mau menurut terhadap orangtua? Sebagai informasi, saya dan suami sama-sama bekerja.
4. Anak saya usia 5,2 tahun susah sekali konsentrasi, bagaimana caranya?

Jawab:
Pada kesempatan ini, saya sengaja menggabungkan empat pertanyaan di atas karena menurut saya ada kesamaan dalam permasalahan yang diajukan, yaitu menghadapi anak yang sulit mematuhi nasihat/ instruksi/ aturan/ apa pun yang diberikan orangtua. Dari ketiga pertanyaan di atas, semuanya berkaitan dengan anak usia sekolah dasar. Satu hal yang menarik dari usia ini adalah sering sekali mereka menolak dianggap anak kecil lagi. Akibatnya mereka tidak lagi “mudah menurut” jika cara orangtua dalam menyuruh/ mengatur membuat mereka merasa seperti anak kecil. Mereka akan lebih mudah memahami dan menuruti keinginan orangtua jika mereka diajak bicara dan diberi penjelasan/ alasan dari setiap aturan yang kita berikan pada mereka. Misalnya, mengapa mereka tidak boleh menonton TV terlalu lama atau tidur larut malam. Jadi, hindari instruksi seperti, “Kamu harus belajar karena Ibu menyuruh kamu belajar”, atau “karena itu memang kewajibanmu”. Lebih baik berilah alasan yang bisa mereka terima tentang mengapa mereka harus belajar.
Apabila anak sudah diajak bicara dan sudah pula diberikan penjelasan panjang lebar tapi masih sulit menurut juga, Anda bisa mencoba beberapa tip berikut dalam menghadapi anak:
 Perbaiki cara Anda memberikan instruksi pada anak. Berikan instruksi secara singkat dan jelas, seperti, “Sekarang kamu belajar di kamar”; berikan instruksi satu per satu; tatap mata anak ketika memberikan instruksi bukan dalam bentuk pertanyaan, seperti, “Kamu mau belajar atau tidak?” (tentu saja anak lebih memilih jawaban “tidak”).
 Berikan pujian pada kepatuhan anak, meskipun hasilnya tidak sempurna. Yang terpenting anak sudah berusaha. Contoh, “Terima kasih kamu sudah berusaha merapikan tempat tidurmu”.
 Perkuat pujian dengan konsekuensi positif, misalnya, “Nah, gitu dong cepat mengerjakan PR- nya. Karena kamu cepat, jadinya kamu punya lebih banyak waktu untuk main”.
 Berikan pilihan pada anak, contoh: Kalau kamu belajar sekarang, kamu masih punya waktu untuk main sepeda di luar. Tapi kalau belajarnya nanti-nanti, kamu akan kehilangan waktu bermainmu.
 Gunkan teknik overcorrection. Stephen Garber dalam bukunya “Good Behaviour” menyarankan orangtua untuk menggunakan teknik ini. Ketika anak tidak kunjung merespons instruksi Anda, katakana padanya, “Mungkin kamu belum tahu caranya ya, jadinya kamu belum merapikan tempat tidurmu. Sini, deh, Ayah ajarkan lagi, coba kamu ulangi terus sampai lima kali supaya kamu ingat caranya dan besok-besok sekali diminta kamu akan langsung melakukannya.” Dengan cara ini diharapkan anak akan lebih memilih langsung melakukan apa yang Anda minta ketika Anda baru 1x menyuruhnya.
 Gunakan teknik broken record atau piringan hitam/kaset rusak. Pernah dengar kaset rusak, yang syairnya dinyanyikan berulang-ulang? Nah, teknik ini diilhami dari kaset rusak tersebut. Caranya, ulangi terus instruksi Anda samapi anak bosan mendengarkannya dan akhirnya benar-benar melakukannya.
Untuk konsentrasi banyak cara yang bisa di tempuh , antara lain dengan terus mengingatkan anak terhadap apa yang sedang ia lakukan , kedua dengan melatih senam konsentrasi , ketiga dengan mewarnai gambar atau dengan PERAGA KONSENTRASI Contohnya seperti gambar diatas.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa penerapan teknik di atas tetap membutuhkan kesabaran dari Anda. Jangan sampai emosi Anda ikut terpancing karena ini hanya akan memperburuk keadaan. Tetaplah memberikan perhatian dan kasih saying yang ia butuhkan karena yang kita “perangi” adalah perilaku anak, bukan diri anak.
Demikian saran dari saya.
Selamat mencoba dan tetaplah bersabar.

INFO KONSULTASI
BINA KREATIF KIDS CARE : 0815 185 3874


DAPATKAN PERAGA KONSENTRASI DI SINI.

1 komentar:

  1. Bagaimana caranya saya untuk mendapatkan peraga konsentrasi? Terimakasih.

    BalasHapus